HEMBUSAN PENUH CINTA
DARI GURUN SAHARA
Oleh : Ahmad Naufal Hasan
Belakangan ini bapak sering sakit-sakitan, usianya yang
lebih dari setengah abad membuat
fisiknya lemah dan mudah terkena penyakit.
Setahun yang lalu bapak terkena penyakit kuning (liper)
walaupun hanya gejala akan tetapi sempat dirawat beberapa hari di rumah sakit
dan Alhamdulillah bapak sehat kembali, tubuhnya yang kurus akibat sakit
sudah mulai berisi dan sudah beraktivitas seperti biasanya sebagai petani.
Layaknya orang yang mau berangkat ke kantor atau ke tempat
kerjanya dengan memakai pakaian dinas dan dasi yang tak pernah lepas dari putaran
lehernya. Ia pun Setiap pagi memakai pakaian dinasnya pula. Baju dan celana
berubah menguning kecoklat-coklatan akibat lumpur yang menempel lalu terjemur
di badan, sesekali di cuci tapi warnanya
tetap tak berubah, tudung laksana gunung kawi yang selalu menaungi kepalanya
biasa menyangkut di lehernya, begitu juga
tak lupa cangkul selalu menyertai di atas bahunya, dan sebotol air di
pegangnya, sengatan terik matahari sudah
menjadi teman akrab yang selalu menyapa di kala
pagi datang hingga petang menjelang.
Datanglah siang di iringi dengan berkumandangnya adzan
dari kejauhan, lalu ucapnya Alhamdulillah sebagai rasa syukur kepada
Allah yang memberikan segalanya di dunia ini, ucapnya yang lembut merasuk
hingga kedalam rongga jiwa, menyejukkan tubuh yang gersang akibat sengatan
terik matahari dari pagi hingga siang adzan berkumandang, sejuk hatinya bagai
tersiram air pegunungan.